ANTARA JILBAB DAN AURAT MUSLIMAH

ANTARA JILBAB DAN AURAT MUSLIMAH

OLEH : ABDUL MUTTAQIN
MAHASISWA STAIL JURUSAN TARBIYAH


Saat ini banyak kaum wanita yang menggunakan jilbab dan seakan-akan menjadi tren mode. Jilbab yang digunakan pun beraneka ragam. Mulai dari jilbab gaul sampai jilbab syar'i. Lalu bagaimanakah sebenarnya jilbab dalam pandangan Islam?
Jilbab adalah penutup aurat bagi seorang Muslimah dari kepala hingga seluruh tubuhnya,akan tetapi bukan berarti sebuah pakaian Jubah atau baju kurung yang kita kenal saat ini..Nabi SAW pernah berkata ;
“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan tubuhnya.”
Telah jelas Nabi telah berkata demikian bisa kita ambil dari perkataan beliau bahwasanya baik dan buruknya seorang wanita itu bisa kita liat dari cara berpakaian mereka.Akan tetapi dari pandangan saat ini sangatlah sedikit seorang wanita yang mengikuti atau mengamalkan apa yang telah di sabdakan oleh Nabi saw,Saat ini kaum muslimah memakai sebuah jilbab bukan untuk menutupi aurat mereka melainkan hanya sebatas Tren atau Tradisi masa kini,mereka memakai jilbab akan tetapi aurat mereka masih di rasakan atau masih bisa di lihat keelokan tubuh tubuh merekaoleh kaum pria.Sepotong hadist dikatakan; “Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”
Oleh sebab apa yang harus kta lakukan untuk meluruskan tradisi yang sudah melekat di benak kaum muslimah saat ini..???? Dengan penuh keikhlasan dan untuk mencapai keridhoan dari allah swt,Marilah kita semua musnahkan tradisi yang tidak sesuai dengan syar’i islam,Dngan cara apa…??? Mulai dari kerabat dekat kita yang masih mengikuti tradisi tradisi seperti itu kita ajarkan mereka bagaimana memakai Jilbab atau menutupi aurat dengan benar sesuai ajaran islam yang sesungguhnya,Insyaalla berawal dari hal seperti ini akan membantu dakwah kita untuk meluruskan para kaum muslimah cara berjilbab itu tersebut.Amiiiiin.

HARUSKAH KITA BERDAKWAh

HARUSKAH KITA BERDAKWAh
OLEH ABD. MUTTAQIN AL HUSAEN



Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah, Inilah jalanku; aku menyeru kepada Allah di atas landasan ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Qs. Yusuf: 108)

Berdasarkan ayat yang mulia ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mengambil sebuah pelajaran yang amat berharga, yaitu: Dakwah ila Allah (mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah) merupakan jalan orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang beliau tuliskan di dalam Kitab Tauhid bab Ad-Du’a ila syahadati an la ilaha illallah (Ibthal At-Tandid, hal. 44).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar. Mereka itulah sebenarnya orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-’Imran: 104)
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan riwayat dari Abu Ja’far Al-Baqir setelah membaca ayat “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang dimaksud kebaikan itu adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah-ku.” (HR. Ibnu Mardawaih) (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 66)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan untuk kalian hukuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad, dinilai hasan Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ hadits no. 7070. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 66)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, kalian perintahkan yang ma’ruf dan kalian larang yang mungkar, dan kalian pun beriman kepada Allah…” (Qs. Ali-’Imran: 110)
Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat yang benar, ayat ini umum mencakup segenap umat (Islam) di setiap jaman sesuai dengan kedudukan dan kondisi mereka masing-masing. Sedangkan kurun terbaik di antara mereka semua adalah masa diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian generasi sesudahnya, lantas generasi yang berikutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, jilid 2 hal. 68)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,…” (Qs. At-Taubah: 71)
Inilah sikap hidup orang yang beriman, berseberangan dengan sikap hidup orang-orang munafiq yang justru memerintahkan yang mungkar dan melarang dari yang ma’ruf. Allah ta’ala menceritakan hal ini dalam firman-Nya (yang artinya), “Orang-orang munafiq lelaki dan perempuan, sebahagian mereka merupakan penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf…” (Qs. At-Taubah: 67)
Allah ta’ala berfirman tentang kedurhakaan orang-orang kafir Bani Isra’il (yang artinya), “Telah dilaknati orang-orang kafir dari kalangan Bani Isra’il melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.” (Qs. Al-Ma’idah: 78-79)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Tindakan mereka itu (mendiamkan kemungkaran) menunjukkan bahwa mereka meremehkan perintah Allah, dan kemaksiatan mereka anggap sebagai perkara yang sepele. Seandainya di dalam diri mereka terdapat pengagungan terhadap Rabb mereka niscaya mereka akan merasa cemburu karena larangan-larangan Allah dilanggar dan mereka pasti akan marah karena mengikuti kemurkaan-Nya…” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)
Di antara dampak mendiamkan kemungkaran adalah kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi dan bertambah merajalela. Syaikh As-Sa’di telah memaparkan akibat buruk ini, “Sesungguhnya hal itu (mendiamkan kemungkaran) menyebabkan para pelaku kemaksiatan dan kefasikan menjadi semakin lancang dalam memperbanyak perbuatan kemaksiatan tatkala perbuatan mereka tidak dicegah oleh orang lain, sehingga keburukannya semakin menjadi-jadi. Musibah diniyah dan duniawiyah yang timbul pun semakin besar karenanya. Hal itu membuat mereka (pelaku maksiat) memiliki kekuatan dan ketenaran. Kemudian yang terjadi setelah itu adalah semakin lemahnya daya yang dimiliki oleh ahlul khair (orang baik-baik) dalam melawan ahlusy syarr (orang-orang jelek), sampai-sampai suatu keadaan di mana mereka tidak sanggup lagi mengingkari apa yang dahulu pernah mereka ingkari.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 241)
Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh Allah benar-benar akan menolong orang yang membela (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Mereka itu adalah orang-orang yang apabila kami berikan keteguhan di atas muka bumi ini, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Dan milik Allah lah akhir dari segala urusan.” (Qs. Al-Hajj: 40-41)
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengaku membela agama Allah namun tidak memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan (mendirikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar) maka dia adalah pendusta (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 540).
Allah ta’ala mengisahkan nasihat indah dari seorang bapak teladan yaitu Luqman kepada anaknya. Luqman mengatakan (yang artinya), “Hai anakku, dirikanlah shalat, perintahkanlah yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar, dan bersabarlah atas musibah yang menimpamu. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17)
Allah juga menceritakan dakwah Nabi Ibrahim kepada bapaknya. Allah berfirman (yang artinya), “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah seorang yang jujur lagi seorang nabi. Ingatlah ketika dia berkata kepada bapaknya; Wahai ayahku. Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak bisa mencukupi dirimu sama sekali? Wahai ayahku. Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku. Janganlah menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu selalu durhaka kepada Dzat Yang Maha Penyayang.” (Qs. Maryam: 41-44)

Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika suatu kaum di antara mereka berkata, ‘Mengapa kalian tetap menasihati suatu kaum yang akan Allah binasakan atau Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang amat keras?’ Maka mereka menjawab, ‘Agar ini menjadi alasan bagi kami di hadapan Rabb kalian dan semoga saja mereka mau kembali bertakwa’.” (Qs. Al-A’raaf: 164)
Syaikh As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Inilah maksud paling utama dari pengingkaran terhadap kemungkaran; yaitu agar menjadi alasan untuk menyelamatkan diri (di hadapan Allah), serta demi menegakkan hujjah kepada orang yang diperintah dan dilarang dengan harapan semoga Allah berkenan memberikan petunjuk kepadanya sehingga dengan begitu dia akan mau melaksanakan tuntutan perintah atau larangan itu.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 307)
Allah berfirman (yang artinya), “Para rasul yang kami utus sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan itu, agar tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mengelak setelah diutusnya para rasul. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisaa’: 165).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat pada hari raya kurban. Beliau berkata, “Wahai umat manusia, hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri yang disucikan.” Lalu beliau bertanya, “Bulan apakah ini?” Mereka menjawab, “Bulan yang disucikan.” Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah disucikan tak boleh dirampas dari kalian, sebagaimana sucinya hari ini, di negeri (yang suci) ini, di bulan (yang suci) ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang kemudian mengangkat kepalanya seraya mengucapkan, “Ya Allah, bukankah aku sudah menyampaikannya? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikannya?”… (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Hajj, bab Al-Khutbah ayyama Mina. Hadits no. 1739)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, “Sesungguhnya beliau mengucapkan perkataan semacam itu (Ya Allah bukankah aku sudah menyampaikannya) disebabkan kewajiban yang dibebankan kepada beliau adalah sekedar menyampaikan. Maka beliau pun mempersaksikan kepada Allah bahwa dirinya telah menunaikan kewajiban yang Allah bebankan untuk beliau kerjakan.” (Fath Al-Bari, jilid 3 hal. 652). [9] Dakwah tali pemersatu umat
Setelah menyebutkan kewajiban untuk berdakwah atas umat ini, Allah melarang mereka dari perpecahan, “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah keterangan-keterangan datang kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang berhak menerima siksaan yang sangat besar.” (Qs. Ali-’Imran: 105)

DAKWAH ISLAM

DAKWAH ISLAM
Wahai hamba Allah, perkara yang sangat disayangkan, berbagai pemecahan permasalahan di kalangan umat Islam sama sekali tidak mengenal nilai Islam, sehingga solusi tersebut membuat umat Islam semakin jauh dari agamanya. Firman Allah mengenai Al Quran, “Kalau seandainya Al Quran itu datang dari sisi selain Allah maka akan kalian dapati terdapat perselisihan yang banyak“.
Maka tatkala umat Islam tidak mau menggunakan Al Quran dan As Sunnah sebagai sumber pemecahan masalah, maka akan mereka dapati kegoncangan, kehinaan, dan pengalaman pahit yang akan selalu membuat mereka jauh dari agama Allah. Maka para pemuda, dan orang tua, hendaknya memperhatikan pelajaran-pelajaran Islam, hendaknya mereka menghidupkan semangat berislam dalam ilmu dan amal, karena inilah jalan keluar yang bisa mengarahkan mereka kepada keridhaan Allah di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu semangat dakwah terhadap Islam hendaknya ditumbuhkan dalam hati kita masing-masing, mengajak orang yang belum diberikan hidayah oleh Allah untuk berpegang terhadap Islam baik masuk kedalamnya atau istiqomah diatasnya. Firman Allah, “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih bahwa mereka akan diberikan kekuasaan di muka bumi ini sebagaimana (Allah) telah memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang sebelum mereka. Niscaya Allah akan mengkokohkan agama mereka yang Allah ridhai untuk mereka dan Allah ganti rasa takut dengan rasa keamanan mereka beribadah kepada-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun.” Kesadaran inilah yang perlu kita sampaikan kepada umat Islam, karena kelemahan mereka dalam beragama merupakan penyebab hilangnya janji-janji Allah di atas.
Kata Rasulullah, “Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapat pahala seperti orang yang melaksanakannya.” Maka berdakwah bukan hanya tugas seorang ustadz, akan tetapi merupakan kewajiban yang luas untuk umat Islam sesuai kemampuannya. Menyampaikan yang benar walaupun hanya dari satu ayat.

Satu hal yang sangat menggembirakan apabila semangat untuk mendakwahkan Islam tumbuh di masyarakat dan pemerintah kita. Karena hal yang demikian berarti umat ini mulai menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Maka langkah apapun yang bisa kita lakukan untuk mendukung masyarakat atau pemerintah kita dalam menghidupkan ajaran-ajaran Islam ini, hendaknya kita berikan dukungan.
Adapun yang bertentangan dengan Islam, hendaknya kita tidak tolong menolong bahkan hendaknya kita sampaikan bahwa hal tersebut dilarang dengan cara yang baik. Sebagaimana firman Allah, “Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan ajaklah mereka berdialog dengan cara yang baik pula“.
Maka demikian, semoga Allah menjadikan kaum muslimin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhiratnya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah kembalinya para pemuda kepada Islam. Hendaknya kita mengarahkan mereka kepada pemahaman yang benar sesuai Al Quran dan As Sunnah yang shahih. Oleh karena itu harus ada pengarahan yang berkelanjutan agar para pemuda berpegang dengan Al Quran dan As Sunnah, harus ada contoh yang baik dari orang-orang yang paham terhadap Islam, harus ada majelis taklim untuk mengarahkan para pemuda kepada Islam yang shahih, sebab mereka adalah modal untuk menegakkan Islam dalam generasi selanjutnya.

TERORIS

TERORIS
OLEH ABDUL MUTTAQIN AL HUSAIN
Mahasiswa STAIL Lukman Al- Hakim Jurusan Tarbiyah
Menurut Etimologi teroris adalah suatu komunitas atau kelompok melakukan tindakan kekerasan, pegulikan, pembunuhan, dan penindasan. Didalam suatu kelompok, didalam pandangan mereka adalah mereka yang melakukan pembunuhan atau penindasan. pandangan masyarakat sekarang. Mereka mendefinisikan bahwa, orang-orang meperjuangkan Islam dan jihad di jalan Allah itulah yang teroris.
Padahal Allah menjelaskan di dalam Al-Quran yang artinya’’ Wahai Nabi Allah berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafki,bersikap keraslah kepada mereka. Tempat mereka adalah Neraka jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat mereka kebali. Salah satu contoh orang mengikutu sunah Rassul, melepaskan atau memanjangkan jenggot menipiskan kumis. itu dalam pandangan masyarakat sekarang adalahdiangap teroris.mereka itulah melakukan kekerasan. Padahal kenyataanya tidak demikian. Padangan seperti ini adalah pandangan orang Liberal.yang akan menghancurkan Islam.
Kalau kita telusuri, langkah-langkah yang dilakukan oleh Amerika serikat kepada Negara Palestina pembantaian,pemerkosaan,penculikan dan kekerasan yang lainnya.mereka inilah yang kita angap sebagai adalah teroris. Untuk menjawab problema yang saat ini terjadi di dalam Negara Indonesia. mari kita mencari solusi untuk menghadapi kaum Liberal. Sehinga kita tidak taklik buta, dalam menghadapi pemikiran orang-orang yang mau mengahcurakanIslam itu sendiri.
Ustadz Abu Bakar Ba’syir mengatakan bahwa: Jihad adalah kunci kemuliaan tertinggi. Fungsi jihad adalah punya kesadaran. Kalau tanpa kesadaran, tidak akan mungkin melahirkan peradaban Islam sehinga para pejuang islam di seluru dunia relah mendapatkan celahan,ejekan dan lain-lain mereka mengatakan seperti itu tidak di dasari oleh Al-Qur’an dan Al- Hadis Nabi SAW.

AL WALA' WAL BARO' FIL ISLAM

AL WARA’ WAL BARA’ FIL ISLAM



















Dosen Pembimbing :

Ust. Mohammad Nur Fuad. MA









Disusun Oleh :

Abdul Muttaqin





KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatNya kami dapat menyelasaikan penulisan makalah ini.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari masa jahiliyah menuju masa islamiyah serta tercurah pula kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang setia sampai hari akhir nanti.
Selanjutnya, kami ucapkan termakasih kepada Drs.Mohammad Nurfuad M.A yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini meskipun dengan banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari Bapak, teman-taman serta para pembaca.
Somoga kita dapat mengambil manfaat dari pembahasan makalah ini, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, amin.




























Daftar isi

1. KATA PENGANTAR.........................................................................................i
2. DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
3. BAB 1..................................................................................................................1
- PENDAHULUAN
4. BAB 11 ...............................................................................................................2
- PEMBAHASAN................................................................................................2
- BENTUK BENTUK METODELOGI...............................................................2
- PERUNDANG UNDANGAN..........................................................................3
- KEPEMIMPINAN.............................................................................................4
5. BAB 111
-PENUTUP...........................................................................................................7
- KESIMPULAN..................................................................................................7
- DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................8




































BAB 1

BENTUK BENTUK DALAM IDEOLOGI


Pengertian Ideologi

Secara historis, pengertian ideologi mengalami perubahan dari masa ke masa. Untuk itu, di sini diuraikan pengertian awal ideologi dan perubahan-perubahan makna yang terjadi berikutnya.

Ideologi atau ideologie (dalam bahasa Perancis) pertama kali dikumandangkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836) yang hidup pada masa Revolusi Perancis melihat bahwa ketika Revolusi berlangsung, banyak ide atau pemikiran telah menginspirasikan ribuan prang untuk menguji kekuatan ide-ide tersebut dalam kancah pertarungan politik dan mereka mau mengorbankan hidup demi ide-ide yang diyakini tersebut.

Ideologi, secara etimologis berasal dari kata idea (ide, gagasan) dan ology (logos=ilmu). Dalam rumusan De Tracy, ideologi diharapkan menjadi cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan mengkaji serta menemukan hukum-hukum yang
melandasi pembentukan serta perkembangan ide-ide dalam masyarakat, sehingga ide-ide tersebut dapat dijelaskan secara rasional.

Ideologi ini sendiri terdiri dari beragam macam jenis. Kita semua tentu tidak lagi merasa asing dengan ideologi-ideologi seperti fasisme, liberalisme, sosialisme, komunisme,Pancasila, dan lain-lainnya. Untuk selanjutnya, dalam makalah ini hanya dibahas ideologi dari Asia, khusunya Pancasila.


Ideologi-Ideologi di Asia

Terbentuknya ideologi-ideologi politik di kawasan Asia merupakan reaksi kritis terhadap ideologi kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme barat, sehingga unsur-unsur dalam ideologi-ideologi bangsa Asia ini sarat dengan ide-ide nasionalisme, antikolonialisme dan sangat menekankan ide keadilan social. Untuk mengenal dan memahami ideologi dari kawasan Asia, akan ditampilkan dua ideologi dari Asia untuk mewakili yakni Hind Swaraj (Indian Home Rule) yang digagas oleh Mahatma Gandhi dan Pancasila dari Indonesia.











Perundang undangan



Dalam abad ke 15 dan ke 16 Masehi perkembangan agama Islam sangat pesat di Asia Tenggara termasuklah negeri Brunei dan Indonesia. Agama Islam telah merubah fahaman, keadaan kehidupan rakyat dan corak pentadbiran pemerintahan yang mana sebelumnya mereka dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sebagai bukti jelas wujudnya pentadbiran dan pelaksanaan undang-undang Islam. Terdapat undang-undang Islam yang bertulis dan dikanunkan seperti Hukum Kanun Brunei Sultan-sultan Brunei telah melaksanakan undang-undang Islam secara berperingkat sehinggalah undang-undang Islam menjadi undang-undang dasar Negara Brunei Darussalam.Walau bagaimanapun kedatangan British ke Brunei dan penerimaan sistem residen tahun 1906 telah membawa perubahan kepada pentadbiran negara dan undang-undang.Lain dengan hokum di Indonesia yang tergantug pada hokum Pancasila.

Undang-undang dan sistem kehakiman yang di laksanakan pada zaman Rasulallah dan para sahabatnya sngatlah berbeda dengan yang kita rasakan pada saat ini.seperti Perundang-undangan mempengaruhi ajaran Islam telah menjadi pegangan hidup masyarakat sebelum kedatangan British ke alam Melayu termasuk Brunei. Apabila orang Melayu menganuti agama Islam, maka undang-undang Islam telah diterima dan adat Melayu mula diubahsuaikan supaya tidak bertentangan dengan undang-undang Islam.
Sungguhpun adat tidak menjadi suatu sumber undang-undang Islam, akan tetapi Islam membolehkan adat diterima dan diikuti oleh penganut-penganut agama Islam, selagi adat itu tidak bercanggah dengan undang-undang Islam. Mana-mana adat yang dianggap baik, bermanfa’at dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam boleh diterima dan dijadikan amalan oleh orang-orang Islam.Beberapa hal di bawah ini yang menunjukan Perundang undangan dalam ideology islam.


Pertama: perundangan selain bersifat statis dan tetap, pada saat yang sama juga berubah dan diperbaharui agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Kedua : Perundangan Islam baik dilihat sebagai produk ilmu maupun sebagai ilmu, serta dari perspektif tajdid niscaya memerlukan perubahan dan pembaharuan.

Ketiga, wacana metodologi pembaharuan Prundangan Islam yang berkembang telah sampai pada pembicaraan tentang perlunya pembaharuan metodologi Perundangan Islam (ushul al-fiqh) dan usaha tawaran ushul al-fiqh baru.

Dan keempat : gagasan ushul al-fiqh baru versi Hasan al-Turabi yaitu fiqh ijtihadi yang didasarkan pada qiyas terbuka (termasuk qiyas ijmali dan mashlahah mursalah) serta al-istishhab baru merupakan gagasan,karena al-Turabi belum mempraktikkan fiqh ijtihadi-nya pada suatu realitas atau kasus hukum kontemporer.



Refrensi : Hajah Saadiah.




Kepemimpinan Islam
Sejarah
Dimulai dengan sebuah peristiwa fathu makkah sebuah ekskalasi pasukan besar-besaran pada masanya dan berujung pada penaklukan kota mekkah, tanpa ada tumpah setetes pun. Kemudian Islam semakin menyebar keluar jazirah arab, menggetarkan bangsa romawi yang gagah, menyentuh kota Andalusia yang mempesona. Islam menunjukkan bahwa sebagai sebuah ideologi yang kokoh, Islam dapat memimpin. Tidak hanya dalam sekejap mata, tapi tercatat tidak kurang dari seribu tahun dan lebih dari seperempat wilayah dunia, yang hidup makmur di bawah kepemimpinan Islam.
Kepemimpinan dalam Islam
Ketika suatu masyarakat membutuhkan seorang pemimpin, maka seorang yang paham akan realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut. Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang sesungguhnya. Watak manusia yang bermasyarakat ini merupakan kelanjutan dari karakter individu yang menginginkan perkembangan dirinya menuju pada kesempurnaan yang lebih.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kelompok Islam sekuler dengan kelompok Islam yang tidak memisahkan kehidupan beragama dengan kehidupan berpolitik. Kelompok Islam Sekuler menyatakan bahwa kaum ulama tidaklah wajib untuk berkecimpung didalam dunia politik. Pandangan ini didasarkan pada pandangan bahwa kehidupan agama merupakan urusan pribadi masing-masing individu (privat), tidak ada hubungannya dengan dunia politik (publik). Sehingga peran ulama hanya terbatas pada ritual-ritual keagamaan semata, jangan mengurusi kehidupan dunia politik. Dalam kondisi seperti ini maka ulama tidaklah mungkin menjadi pemimpin dari suatu masyarakat, ulama hanya selalu menjadi subordinasi dan/atau alat legitimasi pemimpin politik dari masyarakat.
Sedangkan kelompok anti sekuler yang meyakini bahwa kehidupan beragama dan dunia tidak dapat dipisahkan khususnya dunia politik. Kelompok ini mendukung dan meyakini bahwa ulama haruslah memimpin. Ulama harus dapat membimbing manusia tidak hanya menuju pada kebaikan yang bersifat dunia, akan tetapi juga hal-hal yang menuju pada kesempurnaan spiritual. Para ulama yang menduduki jabatan politik haruslah dapat melepaskan manusia dari belenggu-belenggu dunia yang menyesatkan.
Ulama berasal dari kata bahasa arab dan semula ia berbentuk jamak, yaitu alim artinya adalah orang yang mengetahui atau orang pandai. Seorang pemimpin revolusi Iran, yaitu Imam Khomaini dalam konteks pemerintahan ia menggunakan kata Fuqaha untuk mengganti istilah ulama.
Bagi Khomeini kepemimpinan seorang Fuqaha (ulama) adalah suatu kemestian. Ia memiliki 2 alasan, yaitu : Pertama, alasan yang teologis berupa riwayat dari Nabi Muhammad SAW,adalah ”Fuqaha adalah pemegang amanat rasul, selama mereka tidak masuk keduania”, kemudian seseorang bertanya, ” Ya Rasul, apa maksud dari perkataan mereka tidak masuk ke dunia. Lalu Rasul menjawab, ” mengikuti penguasa. Jika mereka melakukannya maka khawatirkanlah (keselamatan) agama kalian dan menjauhlah kalian dari mereka.” Kedua, alasan Rasional bahwa tidaklah adil sekiranya Tuhan membiarkan ummatnya bingung karena ketidakmampuan mereka menafsirkan maksud Tuhan dalam konteks zamannya. Jabatan ulama bukanlah jabatan struktur akan tetapi ia merupakan suatu pengakuan dari ummatnya. Ummat dalam hal ini haruslah juga bersikap kritis terhadap ulamanya untuk menguji kwalitas dari seorang ulama tersebut.
Pendapat yang tidak rasional dari kedua kelompok di atas adalah kelompok Islam sekuler. Kelompok Islam sekuler hanya memahani Islam secara parsial ,atau bisa jadi mereka ditugaskan oleh kelompok pembenci Islam untuk mendistorsi pahaman umat Islam akan agamanya.
Alam semesta dan manusia memiliki dimensi materi dan imateri. Islam merupakan agama yang sempurna dimana pengaturannya meliputi seluruh alam semesta ini. Ketika kehidupan beragama dipisahkan dari aktivitas politik, maka seolah-olah Islam tidak mengatur bagaimana kehidupan berpolitik dan bermasyarakat. Justru terkadang manusia memiliki pengetahuan yang terbatas terhadap realitas alam semesta ini. Sehingga manusia dapat saja berbuat kekeliruan dalam bertindak dan memutus suatu perkara. Manusia dalam hal ini seolah-olah tidak berdaya, akan tetapi kalau dicerna lebih lanjut maka ini sebenarnya menguntungkan, karena ada kerja Ilahi yang mengantarkan manusia pada kesempurnaan. Manusia cukup mentaati dan menerapkan hukum Allah tersebut.
Hanya manusia-manusia yang dibimbing oleh Tuhanlah yang dapat memahami realitas alam semesta. Manusia yang memahami agama Islam secara komprehensif baik dimensi materi ataupun imateri yang dapat membawa suatu masyarakat menuju arah kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki. Selain itu diangkatnya seseorang menjadi pemimpin (nabi, para imam, atau ulama/fuqaha) juga berdasarkan gerak dan kebijaksanaan yang diraih oleh orang tersebut dalam perjalanan spiritualnya. Dalam hal ini terdapat faktor dari dari manusia itu sendiri yang kemudian dijaga dan diridhoi Allah SWT.
Kepemimpinan dalam Islam haruslah seorang tokoh ulama yang benar-benar bertanggung jawab penuh atas kemaslahatan dan keselamatan ummatnya.
Kepemimpinan Di Indonesia
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Islam. Islam telah melekat menjadi suatu hal yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan rakyat di Indonesia. Bahkan Pancasila sendiri merupakan suatu ideologi yang berusaha mempertemukan prinsip Islam dengan perjuangan persatuan Indonesia pada saat perumusannya. Terlepas dari perdebatan dalam banyak literatur sejarah tentang kapan masuknya Islam ke Indonesia, pada saat ini Islam telah menjadi agama yang berinteraksi dengan berbagai kebudayaan daerah. Sejarah Wali Songo yang mendakwahkan Islam di tanah Jawa dan sekitarnya semakin memperjelas bahwa Islam dan kepemimpinannya mampu berakulturasi dengan berbagai budaya secara santun. Proses akulturasi antara Islam sebagai agama yang meliputi seluruh aspek kehidupan dengan budaya di Indonesia saat awal kedatangannya membuat Islam menjadi agama yang mampu diterima dengan mudah di Indonesia. Bahkan saat ini Indonesia masih bertahan sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Dalam literatur sejarah, memang Indonesia tidak pernah tercatat melahirkan pemimpin Islam yang terdengar ke seluruh dunia. Sejarah sering mencatat kelahiran para pemimpin Islam dari Timur Tengah. Misalnya saja Imam Khomeini yang berhasil mengadakan Revolusi Iran, dan penerusnya Ahmadinejad yang dengan kepribadian yang kuat berhasil mendapatkan banyak penghormatan dari dunia Internasional, selain kecaman yang juga dirasakannya. Namun jika kita mengkajinya lebih dalam. kepemimpinan mereka dibentuk dari sebuah kultur yang homogen, sehingga dalam tataran dunia, Imam Khomeini maupun Ahmadinejad belum mampu untuk mencari titik temu diantara negara-negara Islam apalagi dengan negara-negara non-muslim. Bahkan konflik yang meliputi Iran dengan tetangganya Irak membuat kepribadian pemimpinnya lebih condong pada pendekatan konflik dibandingkan pendekatan damai.
Kenihilan sejarah tentang tidak penah terlahirnya pemimpin Islam yang mendunia dari Indonesia tidak menjadi argumen yang kuat bagi lahirnya pemimpin Islam dari Indonesia masa depan. Dengan realitas keberagaman yang mendidik pemimpin menjadi adil serta kondisi perpolitikan Indonesia yang bebas untuk menjadi tempat berinteraksi berbagai ideologi, prediksi mengenai kepemimpinan Islam yang berasal dari Indonesia menjadi semakin meyakinkan. Bahkan ulama besar tingkat dunia, DR. Yusuf Qordowi, dari jauh-jauh hari telah memberikan hipotesisnya bahwa kebangkitan Islam sebagai rahmat bagi semeta alam akan lahir dari Indonesia.
Pembahasan tentang pemimpin Islam yang lahir lebih baik diberi judul kepemimpinan Islam. Hal ini dikarenakan Islam dan Indonesia memiliki sebuah kaidah moderat dalam mengkombinasikan adanya fenomena kultur individual dan kultur kolektif. Sehingga yang dibangun tidak hanya pemimpin secara individual, tetapi mampu melingkupi kepemimpinan kolektif yang merupakan creative minority bagi revolusi putih perubahan Indonesia bahkan dunia. Terlepas dari bentuk kepemimpinan Islam seperti apa yang dibangun pada masa depan, kepemimpinan Islam yang dibangun di Indonesia memiliki tanggung jawab membumikan Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Sehingga sejarah kepemimpinan Bali).
Keadaan seperti ini sangat berbahaya bagi negara, berbahaya bagi umat Islam. Maka MUI kemudian mengeluarkan fatwa : “Umat Islam wajib memilih calon pemimpin dan calon wakil rakyat yang bertakwa, yang memiliki sifat kejujuran (shiddiq) dapat dipercaya (amaanah), aspiratif (tabliigh) dan memiliki kemampuan manajerial (fathoonah). Umat Islam juga wajib memilih pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang memperjuangkan kepentingan Islam. Menurut MUI masih banyak calon-calon pemimpin kita yang memiliki kredibilitas, memiliki moralitas yang luhur. Maka ketika ada calon pemimpin, capres-cawapres, ada caleg yang memiliki moralitas yang Olen.
Khutbah Jum’at Masjid al-Akbar SurabayaIslam pada jaman Rasulullah SAW dan sahabatnya yang mampu membuat penduduk non-muslim nyaman dinaungi kepemimpinan Islam akan berulang dalam konteks kekinian, dimulai dari Indonesia.

Refrensi Oleh :


Prof DR.K.H. Musthafa Ya’kub, MA [Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta]

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Ilmu pendidikan islami

24 OKTOBER 2009
oleh : ABDUL MUTTQIN AL HUSAIN. JURUSAN :TARBIAH.
Allah dalam Al-Quranul Karim telah beberapa kali melontarkan pertanyaan yang bermaksud adakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?... tidakkah kamu mahu berfikir?... Ini menunjukkan ilmu pengetahuan adalah penting bagi setiap individu muslim. Tanpa ilmu seseorang itu tidak mungkin dapat melaksanakan amalan. Ilmu tanpa amalan adalah rugi. Manakala amalan tanpa ilmu adalah sia-sia. Dalam Islam menuntut ilmu itu adalah wajib ke atas setiap muslim / muslimah. Ada hadith baginda Rasulallah menganjurkankan umatnya berusaha menuntut ilmu.

Secara ringkasnya ilmu adalah pengetahuan / informasi / maklumat yang diperolehi samada dari seseorang ataupun institusi ataupun memperolehi sendiri dari pengamatan atau dari pengalaman yang semuanya dengan izin dan ketentuan Allah.

Manusia yang berilmu dalam sesuatu bidang selalunya dipandang mulia oleh manusia lain. Manusia ini menjadi idola ataupun menjadi pemimpin dari kalangan mereka disebabkan bidang ilmu yang dimilikinya. Sekiranya ilmunya digunakan dijalan yang betul dan berlandaskan hukum dan mengabdi diri kepada Allah s.w.t. itulah hakikat ilmu yang dituntut sebenarnya dalam Islam.

Dan sekiranya kalau manusia itu cukup tinggi keilmuannya tapi tidak berlandaskan hukum dan pengabdian diri kepada Allah s.w.t maka jadilah kucar-kacir dalam institusi ilmiah itu sendiri dan natijahnya pada pembentukan masyarakat dan alam ini.

Ilmu yang selari dengan tuntutan islam adalah ilmu yang bermanfaat dalam pembentukan umat berpengetahuan samada duniawi dan ukhrawi. Di sinilah ilmu disertakan dengan tarbiyah keislaman.

Istilah tarbiyah secara umumnya adalah didikan ilmu samada di rumah, sekolah, organisasi dan sebagainya yang di arahkan kepada pembentukan peribadi. Tarbiyah dikaitkan dengan pembinaan peribadi muslim hingga timbul kesedaran Islam yang syumul dan berakhlak. Tarbiyah bukan membekalkan pengetahuan dan pengajian sahaja tapi lebih dari mendidik, membina dan membentuk peribadi muslim yang mempunyai akhlak dan akidah yang mampu bergerak dalam harakah islamiyah.

Contohya ulama-ulama yang disabdakan oleh Rasulallah sebagai pewaris para nabi. Mereka bukan setakat mewarisi ilmu sahaja, bahkan mewarisi tarbiah Rasulullah s.a.w. dengan Al-Bashirah (pandangan mata hati) dan Al-Khibrah (pengalaman).

Dalam tuntutan mencari ilmu kita biasa dengar orang berkata " carilah guru yang mursyid atau carilah guru yang kamil". Ertinyanya kewajipan mencari guru-guru sedemikian adalah satu tuntutan yang mempunyai seribu hikmah. Ilmu adalah ibarat pelita hati. Kalau ilmu yang dituntut tidak berlandaskan ciri-ciri keislaman maka kehancuran bukan saja pada diri tapi pada ummah itu sendiri.

Jadi untuk menggapai ilmu yang bersandarkan ciri-ciri islami maka pelajarilah dari guru yang mursyid / kamil yang pernah mengambil tarbiah dari seorang guru yang juga pernah mengambil tarbiah dari gurunya sebelum ini dan seterusnya sehingga bersambung salasilah tarbiah tersebut kepada Rasulullah s.a.w. melalui para sahabat, para tabi’in, tabi’tabi’en dan para ulama’ yang amilin yang seterusnya.

Dewasa ini, zaman moden era globalisasi... institusi ilmiah bercambah merata cerok. Beralasankan era globalisasi, tenaga pengajar @ ulama' diimpot tanpa mengambilkira tahap manhaj tarbiyah mereka. Ini menyebabkan, ramai dari kalangan murid hanya mewarisi ilmu dari mereka sahaja, tetapi tidak mewarisi akhlak mereka kerana tidak pernah ditarbiah oleh mereka, seterusnya melahirkan generasi ulama’ baru yang ketandusan tarbiah dan akhlak.

Di Malaysia kini terdapat universiti, institusi pengajian, kolej-kolej dan madrasah-madrasah yang dibuka secara meluas, dan menyebabkan ramai di kalangan penuntut ilmu masuk berpusu-pusu ke pusat-pusat pengajian tersebut. Dari zahirnya, ia merupakan suatu perkembangan positif dalam memperbanyakkan ulama' pelapis, namun dari suatu sudut yang lain juga, lambakkan penuntut ilmu di pusat-pusat ilmiah itu menyebabkan institusi pengajaran Islam tersebut hanya mewariskan ilmu pengetahuan tanpa mewariskan tarbiah kepada panuntut-penuntut itu. Ini menyebabkan lahirnya generasi ulama’ baru yang mana, sebahagian dari mereka tidak ditarbiah dengan sempurna. Dan ini juga menyebabkan, mereka mewarisi ilmu tanpa amal, hasil ketandusan tarbiah dalam intisitusi pengajian Islam itu sendiri.

Walhasil dari itu wujudlah generasi ulama' baru, pakar dalam bidang ilmuan tapi jauh dari penyucian jiwa. Ulama’ sedemikian dikenali dengan istilah ulama’ dunia atau ulama’ suuk menurut Imam Al-Ghazali r.a. Masalah yang dihadapi umat Islam sekarang tidak disentuh mereka atau tidak pun diambil peduli. Cukuplah hanya menanti bayaran upah di hujung bulan, berkereta besar, tinggal di kediaman mewah dan menghadiri majlis-majlis keraian hanya untuk membaca doa. Ataupun sibuk dengan kerja-kerja mesyuarat, kursus, pembentangan kertas-kerja tapi kerja buat...habuk saja. Buat abeh beras aje! Mereka tak ubah seperti pak turut atau pak angguk. Fikiran dan jiwa mereka kacau tanpa disadari. Sakit dalaman seperti takabbut’ ujub’ dan sayangkan dunia terserlah. Jangkitan ini akan menulari masyarakat yang pasti akan terkesan sama bahkan lebih parah lagi sekiranya masyarakat itu tidak berilmu dan tidak pernah menerima tarbiyah islami.

Akhiran kalam renunglah bersama dan fikirkan bagaimana kita hendak acuankan anak-anak kita supaya generasi mendatang berilmu dan ditarbiyah dengan roh dan semangat islami. Allahu Akbar!

BAGAIMAN CARA MEMPERLAKUKAN WANITA

“BAGAIMANA CARA MEMPERLAKUKAN SEORANG WANITA”

Oleh: Abdul muttaqin .MAHASISWA STAIL.Jurusan : Tarbiyah
Suatu realita yang tidak biasa di bantah adalah kebanyakan wanita tidak memahami hakikat wanita sholehah itu sendiri.Lebih suka memikirkan karier dari pada anak anak dan suami mereka,sehingga banyak anaknya yang akhlaknya rusak karena kurangnya kasih sayang dan bimbingan agama dari sang ibu.Banyak laki laki yang mencari kesenagan di luar rumah karena kurangnya mendapatkan perhatian dan kelembutan sang istri.Padahal kewajiban seorang istri adalah bagaimana mendidik anak dan suami yang baik sebagaimana yang telah di ajarkan dalam Al quran dan juga hadits Nabi S.A.W
Dalam hadits telah di katakana bahwasanya syurga itu berada di telapak kaki ibu.Ini menunjukan bahwasanya seorang wanita sangat tinggi derajatnya di sisi Allah s.w.t.sahabat pernah bertanya kepada nabi,Ya Rasulallah,Siapakah orang yang paling berhak untuk saya pergauli denagan baik?”Beliau menjawab,”Ibumu”Sahabat bertanya siapa lagi?”Beliau menjawab “Ibumu”Sahabat bertanya lagi?Siapa lagi ya Rasulallah?Beliau menjawab “Ibumu” Siapa lagi? Beliau menjawab “Ayahmu”
Bagaimanakah cara memperlakukan wanita dengan baik bagi kita seoarang lelaki??? Hadits hadits yang berkaitan dengan wanita,keutamaan shalihah,Bagaimana cara Allah memperlakukan wanita sangatlah banyak tinggal bagaimana kita banyak banyak untuk membacanya.berikut cara yang baik untuk memperlakukan wanita yang bisa saya kutipkan.
“Menghormati keberadaan wanita, dalam artian menempatkan posisinya,Seorang pria bisa dinilai apakah dia cukup menghormati wanita, itu bisa dilihat dari bagaimana caranya menyayangi ibunya, melindungi adik perempuannya, atau bahkan dari percakapannya dengan ibu gurunya.
Menghindari hal-hal yang bersifat melecehkan secara sexual, baik sikap maupun kata-kata yg tidak baik diucapkan pada wanitaTidak gombal ,tidak berlebihan dalam memberikan pujian, perhatian, berkata-kata manis dan tentunya ada udang di balik batu... ada sesuatu yg diincar dari semua tindakan manis dan rayuannya.”
Itulah cara yang terbaik yang bisa saya katakana atau yang bisa saya tulis,Mudah mudahan ada manfaat baiknya amiiin

“Wallahua’lambishoab”

MENGINGAT KEMBALI HARI KEPAHLAWANAN

MENGINGAT KEMBALI HARI KEPAHLAWANAN”


OLEH: Abdul muttaqin.

Mahasiswa STAIL.Jurusan Tarbiyah.




Mengingat kembali hari kepahlawanan, kita pasti ingat dengan Jasa jasa kepahlawanan yang telah berjuang dengan segala kepribadian mereka.Dengan kebranian dan semangat mereka untuk memperjuangkan negara dan masyarakat mereka.Oleh karna itu marilah kita semua mengingat kembali perjuangan yang telah mereka korbankan untuk kita semua.


Denan sebab itu kami mengingat hari Kepahlawanan dengan cara kami sendiri yaitu dengan menulis jasa jasa mereka,Berbicara tentang seputar kepahlawanan, tentu tidak bisa lepas dari istilah-istilah berikut: pengorbanan, keberanian, kerja keras luar biasa, harapan, ketulusan, dan kepedulian. Anis Matta, penulis Buku “Mencari Pahlawan Indonesia”(2001) mendefinisikan Pahlawan adalah orang yang mengubah tantangan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan, kecemasan menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian, krisis menjadi berkah.1


Saya berpendapat bahwasanya hari kepahlawanan bukan hanya untuk di ingat Satu Tahun sekali,Melainkan kita harus mengingat hari kepahlawanan itu setiap saat yaitu,Dengan cara bagaimana kita sebagai generasi mereka harus mencontohkan semangat dan ketekunan mereka dalam berjuang.Coba kita kutip salah satu perjuangan pahlawan dari Surabaya yaitu tepat pada tanggal 10 November 1945, untuk memperingati bangkit dan berdirinya Arek Suroboyo untuk menantang keangkuhan tentara Inggris dan NICA.Akan tetapi generasi pemuda saat ini sangatlah Minim sekali yang mempunyai sikap yang dimiliki oleh pahlawan kita pada masa lalu yang mempuyai sikap yang sangat patut untuk kita contoh.Bahkan seorang pahlawan pada saat ini sangat sedikit sekali untuk dikatakan seorang pahlawan sebut saja pahlawan kita saat ini yaitu seoarang Guru dan pemimpin Negara atau pemerintah,Mereka tidak layak untuk dikatakan seoarang pahlawan karena mereka berjuang bukan karna Masyarakat atau Negara mereka melainkan hanya untuk uang saja beleh kita sebut dengan singkatan D5 yaitu:

Datang,Duduk,Diam,Dapat,Duit.Itulah sikap pahlawan kita pada saat ini.Mereka tidak mencontohkan Pahlawan kita pada masa lalu.Mereka asyik dengan urusan mereka masing- masing,tidak memikirkan bagaimana untuk membangun generasi penerus yang mempunyai sikap seperti pahlawan kita pada masa lalu yang berjuang untuk membangun pradapan Negara dan Masyarakat mereka.

Wahai pahlawan ku,Di hari kepahlawanan kita ini marilah kita bangun kembali semangat generasi kita saat ini,Karna majunya satu kaum adalah tergantung pada generasi generasi masa yang akan datang,Wujudkan bahwasanya kalo kita mempunyai generasi generasi yang mempunyai rasa tanggung jawab kepada Negara dan juga Bangsa.”Merdeka.....!!!!”




1Anis Matta,penulis buku “Mencari pahlawan indonesia”(2001).